Jumat, 30 April 2010

REVIEW: IRON MAN 2




























"Not as good as the first, but still a great entertainment."

Kesuksesan besar yang diraih Iron Man pertama pada tahun 2008 lalu otomatis berhasil membuat kehebohan di sejumlah bioskop di tanah air pada kali pertama penayangan Iron Man 2 hari ini. Saya pun tidak kalah heboh. Saya sudah membeli tiket Iron Man 2 sejak dua hari yang lalu via m-tix karena takut tidak kedapatan tiket. Berlebihan? Tidak juga, buktinya antusiasme para penikmat film di Indonesia terhadap film ini begitu besar, terbukti bioskop hari ini ramai sekali! Iron Man pertama memang berhasil membuat banyak orang jatuh hati dan menjadikan karakter ini sebagai superhero favorit yang baru. Kali ini semua penasaran dengan apa yang akan terjadi kepada Tony Stark selanjutnya.

Iron Man 2 berkisah tentang nasip Tony Stark yang telah terungkap identitasnya oleh pemerintah dan pers sebagai Iron Man. Pemerintah dengan dibantu oleh rival Stark, Justin Hammer (Sam Rockwell) ingin agar 'senjata' Iron Man tersebut diserahkan kepada negara dengan alasan demi keamanan. Hal ini dikarenakan negara-negara lain sudah mulai ikut membuat senjata ala Iron Man, meskipun belum ada yang bisa sebanding. Stark tentu tidak akan menyerahkan barang kesayangannya begitu saja. Ia malah bertingkah semakin ngeyel dan semaunya, apalagi tubuhnya semakin hari semakin melemah dikarenakan ia sekarang hanya hidup dengan bantuan alat di dadanya. Tanpa disangka ternyata Stark memiliki musuh bebuyutan bernama Ivan Vanko (Mickey Rourke), seorang ilmuwan asal Rusia. Dibantu asisten tim S.H.I.E.L.D yang diketuai oleh Nick Fury (Samuel L. Jackson), Natasha Romanoff (Scarlett Johansson) dan sahabat lamanya James Rhodes (Don Cheadle), Tony Stark dan kawan-kawan harus berusaha untuk melawan musuh barunya tersebut.

Beberapa karakter baru di Iron Man 2 sangat mencuri perhatian, favorit saya tentu saja karakter Ivan Vanko a.k.a Whiplash yang diperankan Mickey Rourke. Aktor yang pernah bermain apik dalam The Wrestler (2008) ini tampil sangat cocok dengan peran yang dimainkan. Mickey berhasil menampilkan karakter Ivan Vanko yang misterius nan menyeramkan. Aksen Rusia yang ia tampilkan juga cukup menunjukkan bahwa ia termasuk aktor yang serba bisa. Scarlett Johansson juga terlihat sexy dan bermain baik, adegan perkelahiannya menjelang akhir film termasuk keren. Sam Rockwell yang berperan sebagai Hammer juga ternyata memberikan surprise karena karakternya berhasil terlihat sangat annoying. Surprise berikutnya datang dari sang sutradara, Jon Favreau yang ikut bermain sebagai cameo dalam film ini, ia berperan sebagai Happy, supir sekaligus teman Tony Stark. Perannya ternyata cukup mencuri perhatian dan menghibur penonton. Gwneth Paltrow dan Robert Downey Jr. juga bermain baik, namun tidak terlalu menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ada satu karakter yang kurang saya sukai kali ini, yaitu Don Cheadle yang hadir menggantikan peran Terrence Howard sebagai sidekick Tony Stark. Ia terlihat kurang garang, lagipula wajahnya pun terlalu serius. Chemistry antara dirinya dengan Robert Downey Jr. seperti kurang terjalin dengan baik.

Kali ini Iron Man 2 tampil nyeleneh dan lebih banyak unsur humor. Karakter Tony Stark terlihat lebih menyebalkan sekaligus narsis tingkat tinggi. But I still love Tony anyway! Plot cerita sedikit mengecewakan, apalagi ditambah dengan ending yang terkesan terburu-buru dan kurang klimaks. Adegan action kali ini terbilang sedikit, lebih berat ke unsur komedi dan drama. Namun secara keseluruhan Iron Man 2 menurut saya tetap sebuah sajian yang sangat menghibur dan wajib untuk ditonton. Special efek cukup memanjakan mata, mengingat ini adalah proyek film budget besar. Pesan saya, jangan buru-buru keluar setelah film usai karena sehabis end credit akan ada scene tambahan! Overall, Iron Man 2 is a recommended movie to watch, it's fun and entertaining. Don't expect too much because the first one is still better, but the sequel is definitely worth your money! :)





10 U.S MAY MOVIE RELEASE










Kamis, 29 April 2010

REVIEW: DATE NIGHT




























"One ordinary couple. One little white lie."

Steve Carell dan Tina Fey adalah dua komedian yang sudah tidak perlu diragukan lagi eksistensinya. Simak saja The Office dan 30 Rock, dalam kedua serial televisi tersebut mereka sudah menunjukkan kualitasnya masing-masing dalam memerankan peran komedi. Kali ini sutradara Shawn Levy yang pernah membuat The Pink Panther, Night at the Museum 1-2, Cheaper by the Dozen, dan lain-lain kembali membuat sebuah film komedi yang memasang kedua nama tadi kedalam satu frame. Sebuah ide yang amat brilian. Pastinya para fans Steve Carell dan Tina Fey sudah pasti akan menyaksikan film ini dengan antusias. Apalagi Date Night juga memiliki sederetan cameo terkenal seperti Mark Walhberg, Mark Ruffalo, James Franco, Taraji P. Henson, Mila Kunis, dan Leighton Meester. Menarik sekali!

Date Night bercerita tentang sepasang suami istri asal New Jersey, Phil (Steve Carell) dan Claire Foster (Tina Fey) yang telah menikah selama beberapa tahun dan sudah memiliki dua orang anak. Sehari-hari mereka selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tidak terlalu memikirkan tentang keintiman hubungan mereka lagi. Setiap kali sibuk, mereka hanya menyewa pengasuh (Leighton Meester) untuk menjaga anak-anak. Namun suatu hari mereka mendapat kabar bahwa sahabat mereka, Brad (Mark Ruffalo) dan Haley (Kristen Wiig) akan bercerai. Phil pun lalu tidak tinggal diam, ia membuat sebuah rencana dengan mengajak sang istri makan malam romantis di sebuah restoran mahal di Manhattan. Namun karena belum melakukan reservasi, mereka tidak mendapatkan meja disana. Tidak kehilangan akal, Phil berinisiatif untuk mengambil meja pesanan orang lain dengan berpura-pura menjadi keluarga Tripplehorns! Di tengah acara makan malam tersebut, ternyata Phil dan Claire didatangi oleh dua orang yang tidak mereka kenali. Ternyata dua orang tersebut bersejata dan datang ke restoran itu untuk mencari keluarga Tripplehorns guna mengambil kembali sebuah barang penting. Naas benar nasip Phil dan Claire, karena sekarang mereka lah yang dikejar-kejar hanya karena iseng mengambil meja milik keluarga Tripplehorns.

Menurut saya, Date Night adalah sebuah film yang menghibur. Sebuah film ringan yang memang bertujuan untuk membuat tertawa para penonton. Jalan ceritanya sendiri tidak istimewa, hanya kejar-kejaran sepanjang film. Namun tidak perlu memperdulikan ceritanya, tonton saja lelucon-lelucon yang ada dalam film ini. Memang sepertinya lelucon di film ini terasa kurang maksimal, akan tetapi ada beberapa lelucon yang memang benar-benar lucu sampai membuat saya tertawa terbahak-bahak. Tunggu sampai adegan mobil tersangkut dengan taxi, saya jamin 100% anda akan tertawa sekencang-kencangnya! Tidak rugi menonton Date Night, paling tidak akting dua pemeran utama di film ini tidak mengecewakan. Para cameo yang hanya tampil 'numpang lewat' juga menurut saya pas dengan porsinya. Scene Mark Walhberg menurut saya benar-benar konyol dan dapat membuat tersenyum. Scene sewaktu ada James Franco dan Mila Kunis juga merupakan salah satu scene favorit saya, meskipun hanya tampil sekitar 5 menit namun penampilan James Franco dapat dikatakan bagus. Sepertinya memang James Franco ada bakat untuk melawak, tonton saja Pineapple Express! Overall, Date night is quite entertaining, just watch it for fun guys! :)





Kamis, 22 April 2010

REVIEW: THE ROAD




























"In a moment the world changed forever."

The Road bercerita tentang masa post-apocalyptic, dimana dunia terlihat sudah kian hancur dan menuju kearah kiamat. Film ini diangkat oleh sutradara John Hillcoat dari novel terkenal yang telah memenangkan Pulitzer karya Cormac McCarthy. Sekilas plot cerita The Road hampir mirip the The Book of Eli, yaitu tentang dunia yang sudah mulai usang dan tersisa manusia yang bertahan hidup. Akan tetapi kedua film ini merupakan film yang jauh berbeda. The Book of Eli mengandalkan sisi action dalam filmnya, namun The Road adalah sebuah film yang sangat suram tetapi juga sekaligus sangat menyentuh hati. Saya menyukai film ini.

Plot cerita hanyalah berkisar tentang seorang lelaki (Viggo Mortensen) dan anaknya (Kodi Smit-McPhee) yang berjuang untuk tetap hidup dikala kehidupan rasanya sudah tidak layak lagi. Tidak diceritakan lebih jauh tentang bagaimana dunia bisa sekacau itu, akan tetapi kita disajikan sebuah kisah perjuangan antara ayah dan anak yang saling membantu satu sama lain dikala halangan kian datang hari demi hari. Yang mereka pusingkan setiap hari hanyalah bagaimana caranya mencari makan agar tetap dapat bertahan hidup dan bagaimana kalau sepatu satu-satunya yang mereka pakai rusak. Ironis memang, tapi mungkin saja suatu saat hal tersebut dapat terjadi. Manusia lain yang kelaparan sudah memangsa sesama manusia untuk dijadikan makanan, kanibalisme menjadi sesuatu yang biasa dalam film ini. Saya sampai merinding.

Akting Viggo Mortensen patut diacungi dua jempol! Ekspresi dan pandangan matanya membuat kita seolah percaya akan apa yang sedang dialaminya dalam film ini. Aktor muda asal Australia, Kodi Smit-McPhee juga bermain luar biasa. Saya sudah pernah menyaksikan aktingnya dalam film Romulus, My Father (2007) yang juga bagus. Saya rasa, Kodi adalah seorang calon bintang besar. Kedua aktor senior-junior ini sangat cocok disandingkan dalam satu frame. Chemistry yang terjalin sangat terasa, sampai-sampai pada akhir film akting mereka berhasil membuat saya terharu hingga ingin menitikkan air mata. Sang sutradara juga berhasil membuat setting pemandangan suram yang sangat meyakinkan dengan warna kelam - cenderung abu-abu, setiap scene dalam film ini terlihat nyata. Penampilan sekilas dari Charlize Theron, Robert Duvall, dan Guy Pearce kian menambah poin plus. Ending film ini juga sangat realistis.

The Road mungkin bukan film yang bisa diterima semua orang. Film ini cenderung dark, desperate, sad. Mungkin beberapa orang akan bosan dan keluar bioskop pada pertengahan film. Akan tetapi saya sangat menikmati film ini. Menurut saya film ini mengajarkan agar kita tidak mudah putus asa dalam segala cobaan yang sedang menimpa kita. Sebuah film yang berhasil membuat saya merenung sehabis menonton. Sebuah film yang penuh dengan harapan.

The Boy: Are we gonna die?
The Man: We are not gonna quit. We are gonna survive this.




MAGAZINE: COVER UPDATE - MAY 2010






















































Cinemags dan TOTAL FILM sama-sama memasang Iron Man 2 di covernya bulan ini, beda dengan Movie Monthly yang lebih memilih Prince of Persia: The Sands of Time. Saya suka dengan cover Cinemags bulan ini, simple dan misterius. Warna merah yang dominan di cover sepertinya akan membuat para pembaca tertarik untuk beli. Tapi cover M2 bulan ini juga ga kalah keren, beda dari yang lain. Ada Jake Gyllenhaal, Ben Kingsley, dan Gemma Arterton di cover yang layoutnya menurut saya bagus. Intinya, ketiga majalah film bulan ini semuanya memasang cover yang eye-catching dan seperti menghipnotis kita untuk membeli. Anyway, which one do you like guys? :)

Rabu, 21 April 2010

MAGAZINE: TOTAL FILM - MAY 2010




























IRON MAN 2 is on the cover guysss! Saya langsung tidak sabar begitu tahu kalau majalah Total Film Indonesia (TFI) memasang cover Iron Man 2 bulan ini. Apalagi begitu tahu kalau didalamnya juga terdapat bahasan mengenai film Kick-Ass! Cover bulan ini menurut saya lumayan bagus, terlihat rapi dan bersih. Terdapat bonus satu buah 3D card Clash of the Titans. Biasanya sih ada dua kartu, tapi bulan ini hanya satu, entahlah. Tapi jangan khawatir karena majalah TFI termasuk sangat royal dalam mengadakan kuis dan membagi-bagikan hadiah kepada para pembacanya. Di edisi ini TFI mengadakan dua kali acara nonton bareng pembaca yaitu film The Men Who Stare at Goats dan Iron Man 2 yang disponsori oleh Vaseline Men. Kamu bisa dengan mudah mengikuti kuis ini hanya dengan mengirimkan email ke pihak TFI. Caranya bisa kamu lihat di majalah. Ada juga hadiah-hadiah lainnya seperti buku Kick-Ass dari Kinokuniya, novel Wicked Lovely dari Gramedia, original merchandise Date Night dari 20th Century Fox, soundtrack GLEE 1 dan 2 - soundtrack Iron Man 2 dari Sony Music, dan DVD original Merantau dari Jive Collection. Banyak!!!

Film-film baru yang akan tayang juga di preview oleh TFI seperti Tron Legacy, Twilight: Eclipse, Piranha 3D, Despicable Me, Growns Up, dan The Smurfs. Untuk yang kebingungan nonton Shutter Island kemarin, jangan khawatir karena TFI juga menyediakan kolom 'Secrets of Shutter Island'. Yang ketinggalan movie awards juga dalam melihat re-cap dari hasil pemenang SAG, Golden Globe, dan Academy Awards disini. Review film pastinya akan selalu ada, edisi kali ini memberikan review yang pastinya sudah kamu tunggu, ada Clash of the Titans, Kick-Ass, Green Zone, Cop Out, When in Rome, The Book of Eli, The Ghost Writer, Remember Me, Frozen, Solomon Kane, How to Train Your Dragon, dan masih banyak lagi.

Yang paling ditunggu para pembaca sudah pasti bahasan lengkap film yang sebentar lagi akan tayang. Iron Man 2, Kick-Ass, dan Prince of Persia: The Sands of Time dibahas lengkap oleh TFI edisi terbaru. Saya sebagai salah seorang yang sangat amat tidak sabar menunggu penayangan Kick-Ass yang mungkin akan memakan waktu lama untuk ditayangkan disini sangat terpuaskan oleh pembahasan TFI, apalagi diselipkan juga dua halaman komik Kick-Ass! Ada juga artikel tentang Gemma Arterton, si cantik pemeran Io di Clash of the Titans. Lalu ada wawancara dengan Rupert Grint, Drew Barrymore, dan sutradara kawakan Steven Spielberg. Ada pula artikel yang sangat sayang untuk dilewatkan yaitu 'The Crazies' yang membahas tentang kegilaan fans terhadap suatu film sampai membuat kelompok sendiri, misalnya Twi-Hards (fans Twilight), Avatards (fans Avatar), Jedi (fans Star Wars), dan masih banyak lagi. Yang pasti para pecinta game dan komik wajib membeli TFI bulan ini karena yang dibahas mayoritas adalah film-film yang diangkat dari game dan komik. :)

Harga Rp. 37.000,-
Luar P.Jawa Rp. 38.000,-

REVIEW: THE BOOK OF ELI




























"Religion is POWER"

Sebetulnya saya kurang suka menonton film yang terlalu religius, apalagi jika film tersebut lebih memihak pada satu agama tertentu. Saya termasuk orang yang sangat open-minded soal agama, saya merasa semua agama mempunyai intisari yang sama, yaitu menuntun manusia ke jalan yang benar. Maka saya tidak suka kalau ada suatu agama yang dianggap lebih benar diantara yang lainnya (meskipun agama tersebut adalah agama yang saya anut). Untungnya adegan action dalam film ini patut diacungi jempol. Saya tidak menyangka kalau Denzel Washington bisa terlihat seperti Jackie Chan versi Hollywood dalam film ini! Tipikal wajah dan pembawaan Denzel biasanya memang cocok dengan peran-peran melankolis namun tegas seperti dalam John Q atau Man on Fire.

The Boof of Eli bercerita tentang keadaan dunia sehabis perang yang telah meninggalkan esensi penting dalam kehidupan yaitu agama dan kepercayaan. Manusia yang tersisa itu hidup seenaknya, merampok, memperkosa, merebut barang milik orang lain. Pada masa ini diceritakan juga bahwa makanan dan minuman menjadi barang yang amat langka, semua diakibatkan karena tanas yang tandus dan kering. Kehidupan menjadi sangat tidak layak, untuk mandi pun mereka sulit. Bahkan shampoo yang sekarang kita anggap tidak terlalu penting saja menjadi barang yang luar biasa penting pada masa itu.

Lalu ada Eli (Denzel Washington), seorang pria pengelana yang sudah berjalan selama 30 tahun dengan membawa sebuah buku. Eli mengaku bahwa ia mendengar suara-suara yang menuntunnya membawa buku penting itu ke suatu tempat. Selama perjalanan, ia selalu saja dihadapkan dengan berbagai halangan. Yang terberat adalah ketika ia melintasi suatu kota kecil yang seolah dipimpin oleh Carnegie (Gary Oldman). Carnegie berkuasa di kota ini karena ia termasuk orang yang terkaya disana. Tidak disangka, ternyata Carnegie pun mencari sebuah buku penting yang belum ia ketahui keberadaannya. Sampai suatu saat ia mengetahui bahwa Eli membawa sebuah buku. Mulailah adegan kejar mengejar antara Eli dan Carnegie. Eli ditemani oleh Solara (Mila Kunis), seorang wanita dari kota kecil itu yang memutuskan untuk ikut dengannya.

Beberapa hal dalam film ini terasa menyindir umat manusia yang suka menyia-nyiakan sesuatu. Seperti kata pepatah, 'kita tidak akan merasa membutuhkan sesuatu sebelum kehilangan sesuatu'. Film ini mungkin mengajarkan kita tentang inti dari menghargai kepunyaan kita selagi bisa. Tapi jujur saja, film ini terasa konyol bagi saya. Eli ditugaskan oleh 'Yang Diatas' untuk menyelamatkan buku penting tersebut guna mengembalikan umat manusia ke jalan yang benar. Akan tetapi Eli membiarkan para perampok merampok dan memperkosa pejalan kaki, ia juga dengan gampangnya membunuh orang. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, action scenes dalam film ini memang lumayan keren, tetapi saya tetap merasa tidak bisa menerima konsep film ini. Apalagi endingnya yang sangat amat tidak saya harapkan! Saya hanya mengagumi sinematografi film ini yang terbilang lumayan bagus, sedikit adegan action, akting Denzel Washington dan Gary Oldman, dan kecantikan Mila Kunis. Itu saja!
Bagi yang sudah menonton, ditunggu komentarnya! :)





Jumat, 16 April 2010

NOMINASI DAN PREDIKSI INDONESIAN MOVIE AWARDS (IMA) 2010

Pemeran Utama Pria Terbaik:
Didi Petet (Jermal)
Mamiek Prakoso (King)
Mathias Muchus (Sang Pemimpi)
Oka Antara (Hari Untuk Amanda)
Tio Pakusadewo (Identitas)

Pemeran Utama Wanita Terbaik:
Atiqah Hasiholan (Jamila dan Sang Presiden)
Aty Kanser (Emak Ingin Naik Haji)
Fanny Fabriana (Hari Untuk Amanda)
Leony V. H. (Identitas)
Tika Putri (Queen Bee)

Pemeran Pembantu Pria Terbaik:
Deddy Mizwar (Ketika Cinta Bertasbih 2)
Dwi Sasono (Wakil Rakyat)
Oka Antara (Queen Bee)
Verdi Solaiman (Ruma Maida)
Yayu A. W. Unru (Jermal)

Pemeran Pembantu Wanita Terbaik:
Ayu Pratiwi (Emak Ingin Naik Haji)
Christine Hakim (Merantau)
Fanny Fabriana (Serigala Terakhir)
Meriam Bellina (Get Married 2)
Niniek L. Karim (Ketka Cinta Bertasbih 2)

Pendatang Baru Pria Terbaik:
Chairil A. Dalimunthe (Jermal)
Iko Uwais (Merantau)
Kholidi Asadil Alam (Ketika Cinta Bertasbih 1)
Nazril Ilham (Sang Pemimpi)
Yayan Ruhian (Merantau)

Pendatang Baru Wanita Terbaik:
Meyda Sefira (Ketika Cinta Bertasbih 1)
Oki Setiana Dewi (Ketika Cinta Bertasbih 1)
Olivia Lubis Jensen (Bukan Cinta Biasa)
Rahmi Nurullina (Ketika Cinta Bertasbih 1)

Pasangan Terbaik:
Didi Petet dan Iqbal S. Manurung (Jermal)
Oka Antara dan Fanny Fabriana (Hari Untuk Amanda)
Tio Pakusadewo dan Rachel Amanda (Kata Maaf Terakhir)
Vino G. Bastian dan Reza Pahlevi (Serigala Terakhir)
Yama Carlos dan Atiqah Hasiholan (Jamila dan Sang Presiden)

Pemeran Anak-Anak Terbaik:
Aldo Tansani (Garuda di Dadaku)
Amir Mahira (Garuda di Dadaku)
Iqbal S. Manurung (Jermal)
Amanda (Kata Maaf Terakhir)
Rangga Aditya (King)

Soundtrack Terfavorit:
Bukan Cinta Biasa (Afgan)
Garuda di Dadaku (Netral)
Ketika Cinta Bertasbih (Melly dan Amee)
Main Serong (The Changcuters)
Sang Pemimpi (GIGI)

Film Terfavorit:
Emak Ingin Naik Haji
King
Garuda di Dadaku
Get Married
Identitas
Jamila dan Sang Presiden
Jermal
Ketika Cinta Bertasbih
Ruma Maida
Sang Pemimpi
merah = prediksi Jagoan Movies

OUT NOW: cin(T)a ORIGINAL DVD FROM JIVE!

(Mas Bobby, Mas Tedjo, Tiko, Om Ronny, Saya, dan Mba Vina)

Beberapa hari yang lalu saya berhasil mendapatkan DVD cin(T)a gratis via twitter dari @JiveCollections. Jadi kemarin saya berkunjung ke kantor Jive Collections di daerah Patra Kuningan untuk mengambil DVD tersebut. Kebetulan salah seorang teman sesama movie blogger yaitu Tiko dari blog Labirin Film juga datang berkunjung kesana. Akhirnya kami pun mengobrol di kantor Jive Collections selama kurang lebih dua jam!

Kantor Jive Collections ternyata adalah sebuah rumah asri yang nyaman dan berpagar bambu, begitu sampai saya langsung dipersilahkan masuk oleh Mas Tedjo, salah seorang karyawan Jive Collections. Saya lalu diperkenalkan dengan direktur Jive Collections, Pak Ronny dan beberapa karyawan lainnya. Akhirnya dalam kesempatan itu saya pun akhirnya berkenalan secara langsung dengan Tiko, karena ini memang pertemuan pertama kami. Sebelumnya hanya sering mengobrol via blog atau twitter.

Menyenangkan sekali waktu yang saya lewatkan di kantor Jive Collections kemarin. Bayangkan saja, kami (re: saya dan Tiko) yang hanya 'anak bawang' dalam dunia perfilman atau bisa dibilang blogger film pemula malah disambut dengan sangat hangat oleh semua orang di Jive Collections. Bahkan kami disuguhkan 3 box Pizza lengkap dengan Coca Cola sebagai pelepas dahaga! Wahh..terima kasih banyak yaa Jive Collections! :)

Dua jam rasanya tidak terasa sudah terlewatkan begitu saja, mengobrol dengan Pak Ronny yang saya panggil dengan sebutan 'Om' terasa cepat dan menarik sekali. Beliau sangat ramah dan humoris. Mendengarkan kisah beliau sangatlah menyenangkan, mulai dari tentang suka dan duka dalam dunia pendistribusian DVD, serta kendala-kendala dari para pembuat DVD bajakan dan cara menanggulanginya, belum lagi kisah beliau dan teman-temannya dulu yang ternyata juga adalah seorang movie blogger. Dua jam yang sangat menginspirasi!

Senangnya, sudah saya dapat DVD cin(T)a gratis yang ada tanda tangan dari sang pemeran utama, Sunny Soon, lalu disuguhkan makanan dan minuman, dapat sambutan hangat, dan diluangkan waktu untuk mengobrol pula! Sungguh pengalaman luar biasa yang tidak akan saya lupakan. Terima kasih Jive Collections untuk kehangatan dan waktunya, semoga lain waktu bisa mengobrol lebih banyak lagi. Saya doakan semoga Jive semakin sukses!

cin(T)a sendiri merupakan sebuah film unik yang mengangkat tema yang jarang diangkat kedalam film Indonesia, menyentil masalah perbedaan agama dan bagaimana cara agar perbedaan itu menjadi satu. Saya sudah menonton film ini di Blitzmegaplex dulu dan sudah pernah mereview disini. Akan tetapi dulu saya terganggu dengan suaranya yang berisik sekali dan saya menebak-nebak apa penyebabnya, apakah dari Blitz atau memang dari filmnya sendiri. Ternyata setelah saya menonton DVD-nya tadi pagi, suaranya tidak berisik sama sekali. Bahkan lebih enak ditonton di DVD dibanding waktu saya menonton di bioskop dulu. Dialog-dialog cerdas yang menjadi kunci utama film ini jadi terdengar dengan jelas dan ada subtitle bahasa Indonesia juga.

Untuk teman-teman pembaca sekalian yang ingin membeli DVD cin(T)a sudah bisa dibeli langsung di toko-toko CD terdekat atau Gramedia yaa.. Hanya dengan Rp.59.000,- kamu sudah bisa mendapatkan DVD original dan bonus stiker + pembatas buku. Packaging Jive Collections juga bagus sekali untuk dipajang sebagai koleksi DVD kamu. Ada yang sudah pernah membeli DVD original keluaran Jive Collections belum? Apa pendapat kamu mengenai kualitasnya? Share yuk.. :)

Sabtu, 10 April 2010

REVIEW: BANGKOK TRAFFIC (LOVE) STORY




























"The #1 local box office hit in Thailand in 2009"

Sebuah film yang sangat manis dan menghibur. Bangkok Traffic (Love) Story adalah film terlaris di Thailand tahun 2009 kemarin, bahkan film ini berhasil mengalahkan Phobia 2. Pertama kali mendengar judulnya saya langsung penasaran ingin menonton, apalagi setelah menonton trailernya di youtube, saya langsung tidak sabar menunggu jadwal penayangan film ini. Mengangkat sebuah kisah cinta modern yang romantis dengan balutan kota Thailand beserta beberapa kebudayaannya, film ini berhasil memberikan perasaan berwarna-warni sehabis menontonnya. Cocok untuk melepas penat karena filmnya memang sangat menghibur. Dari awal sampai akhir film anda akan terus dibuat tertawa, begitu sampai di akhir film anda akan dibuat tersenyum karena endingnya manis sekali.

Li (Sirin Horwang), seorang wanita berusian 30 tahun yang sedang kebingungan karena semua sahabatnya telah menikah. Hanya tinggal dirinya sendiri yang belum menikah, bahkan ia belum memiliki seorang kekasih! Lalu suatu hari secara tidak sengaja Li bertemu dengan seorang pria tampan bernama Lung (Theeradej Wongpuapan). Lung bekerja sebagai insinyur stasiun kereta api maka mereka pun sering bertemu disana. Li berusaha menarik perhatian Lung, sampai-sampai ia meminta tolong agar diajari tips-tips percintaan kepada temannya yang playgirl, Plern (Unsumalin Sirasakpatharamaetha). Namun saat semua keinginan Li sudah hampir terkabul, kenyataan tidaklah seindah yang dibayangkannya karena ternyata Lung sudah memiliki rencana sendiri yang tidak Li ketahui.

Beberapa bagian dalam film ini berhasil membuat saya tertawa terbahak-bahak. Saya tidak mau menyebutkan di bagian mana, tapi ada satu bagian yang menurut saya lucu sekali! Silahkan tonton sendiri. Memang lelucon disini ada yang terasa 'jayus' namun tetap asik untuk ditonton, lelucon khas seperti film Thailand yang lain. Entah kenapa menurut saya film Thailand memiliki selera humor yang hampir sama dalam setiap filmnya. Tidak ada ruginya menonton film ini karena dijamin anda akan terhibur. Bangkok Traffic (Love) Story menurut saya memiliki cerita simple yang tertata rapi, akting para pemeran utama yang baik, dan humor yang pas. Bagi para wanita ada poin tambahan lain, yaitu dapat melihat pemeran Lung yang amat tampan. Hihi.. Film ini masih ditayangkan di bioskop Blitzmegaplex, silahkan ditonton sebelum turun dari bioskop. Untuk yang di luar kota, cari saja DVDnya. :)




Rabu, 07 April 2010

REVIEW: WHEN IN ROME




























"All is fair in love and Rome"

Crap..crap..crap.. Begitulah kata-kata yang terngiang dalam pikiran saya ketika selesai menonton film ini. FYI, saya termasuk orang yang tidak anti dengan genre romantic comedy. Saya suka menonton genre ini, meskipun genre ini lah yang tidak pernah dianggap oleh para kritikus film. Well, saya bukan kritikus film bukan? Hehe.. Menurut saya menonton genre ringan seperti rom-com itu terkadang mengasyikkan, biasanya saya selalu terhibur sehabis menonton, meskipun keesokan harinya saya sudah tidak membicarakan filmnya lagi. Dengan harapan ingin disuguhkan sebuah film rom-com yang ringan nan menghibur, akhirnya saya memutuskan pergi menonton When in Rome. Ohh tidaaak, ternyata film ini tidak berhasil menghibur saya! Lelucon dalam film ini sangat jayus dan tidak orisinil. Memang ada beberapa bagian yang membuat saya tertawa, tetapi itu pun dengan terpaksa.

When in Rome bercerita tentang seorang wanita muda bernama Beth (Kristen Bell) yang sangat sibuk dan mencintai pekerjaannya. Ia tidak terlalu mengurusi masalah percintaan karena sudah terlalu sering disakiti. Suatu hari ia mendapat kabar bahwa sang adik akan menikah di Roma. Disana ia berkenalan dengan Nick (Josh Duhamel) yang berhasil menarik perhatiannya. Ketika sedang mabuk, Beth mengambil lima koin dari Fountain of Love atau air mancur cinta. Konon, jika ada orang yang memiliki keinginan tentang cinta, orang tersebut tinggal melemparkan koin kedalam air mancur dan berdoa agar harapannya terkabulkan. Namun siapa sangka, berbekal keisengannya itu, Beth malah mendapatkan kejadian aneh ketika kembali ke New York. Tiba-tiba saja ada lima orang pria sekaligus yang mengejar dan mengatakan cinta padanya, termasuk Nick. Ternyata koin-koin yang diambilnya di Roma itu lah yang telah membawa mereka pada Beth. Lalu Beth harus berusaha sekuat tenaga agar dapat menghilangkan pengaruh mantra itu, meskipun ia pun mulai sadar kalau dirinya ternyata sungguh-sungguh jatuh cinta pada Nick.

Memboyong unsur slapstick comedy kedalam filmnya, When in Rome menurut saya telah gagal dalam eksekusi keseluruhan. Unsur komedi dalam film ini tidak lucu, terlebih seperti yang telah saya tulis di awal, tidak orisinil. Akting para pemain pun tidak terlalu menarik perhatian, Kristen Bell tampil seperti biasa, selalu dengan peran yang ringan-ringan saja seperti di Forgetting Sarah Marshall (film ini masih jauh lebih baik daripada When in Rome). Saya berharap sekali kalau aktris cantik dan berbakat seperti Kristen Bell mau mulai mengambil peran-peran yang lebih memorable dan menantang. Josh Duhamel pun tampil setali tiga uang alias biasa-biasa saja. Deretan para pemainnya yang lumayan 'punya nama' juga tidak bisa menambah poin film ini di mata saya. Padahal banyak pemain yang lumayan terkenal seperti Danny DeVito, Jon Heder, Dax Shepard, Anjelica Huston dan yang lainnya. Ahh..biar bagaimanapun kita memang tidak bisa berharap banyak dari genre ini, untuk sekedar hiburan silahkan saja tonton When in Rome. Namun saran saya, anda lebih baik menonton di DVD! :)